Kamis, 06 April 2017

Just In Time (antara Sabtu atau Minggu II)

Beberapa waktu lalu aku mendapatkan tugas kuliah mempresentasikan mengenai Just In Time
seneng banget aku dapet tugas ini, karena emang aku penasaran bagaiman sebuah efisiensi operasional bisa terjaga sustainability nya wkakaka

Aku bukan tipe mahasiswa cerdas yang langsung mengerti dengan membaca 1 buku, akhirnya seharian aku di perpustakaan untuk mencari contoh-contoh kesuksesan Just In Time

ini salah satu pngertian JIT :

"only what is needed, when it is needed, and in the amount needed” 

berulang kali aku baca, WOW
tau ga yang kepikiran di otakku adalah Allah, Allah selalu ngasih yang kamu butuh diwaktu yang tepat, dan tidak akan asal-asal an ngasih yang kamu pengen.

Manusia ber akal dan berhati, mampu menganalisis sesungguhnya memang yang paling logis adalah kehendak dan kebesaran Allah. Allah is the best Planner!

Okay, melanjutkan tulisanku sebelum ini, ini juga yang mendasari bahwa aku berusaha dengan cara ku dan aku percaya Allah tau itu. karena :

"When Allah knows you're ready for the responsibility of commitment, He'll reveal the right person under the right circumstances. Wait patiently. Don't waste your time searching and wishing. Grow and be ready, you'll see Allah will give you a love story far better than you could ever dream of"

Konsep Just In Time ini menganjarkan akan efisiansi yang dilihat dari tidak perlunya menyimpan persediaan. Aku setuju banget drama percintan yang belum pasti apalagi kudu berjuang sama orang yang belum tentu ngawinin aku, itu suatu contoh ketidak efisien-nan tenaga yang aku keluarin, atau drama meratapi "mana jodohkuuuu~" sambil galau scrolling Instagram mulu, itu juga  pemborosan tenaga,
Aku memilih diriku produktif di hal hal yang aku suka, kayak kuliah, kursus, maen ama babe bunda, kumpul keluarga, maen ama temen-temen, atau apapun deh, nambah temen baru juga makin happy. Aku senang mendapati diriku bisa sibuk dari pagi sampe malem,, mondar-mandir kayak setrikaan yang penting Happy dan bermanfaat

aku ga perlu membuat persediaan-harapan dikawinin yang makin lama-makin menggunung, yang nantinya kalo uda mbludak tu harapan bikin aku jadi pengen nuntut di nikahin, atau jadi keliatan ngebet kawin. Padahal posisi wanita itu susah sih, susah banget,
Sebenernya cinta ni ama lakik, tapi kalo cuma dipacarin doang kok ya gimna gituu
Setuju dipacari tapi kalo nanya kapan dikawinin terkesan ngebet banget
Sedangkan disisi lain, ini aku lagi ngapain sih, khawatir nunggu kabar, dia uda pake jaket apa belom, makanya sembarangan ga ya...(efek ga serumah) bikin aku overthink dan pusing sendiri (kalo uda cinta arin anaknya bisa ga doyan makan kalo uda kuatir) PADAHAL ga ada kewajiban juga..
Mangkanya aku yang pengecut ini emang milih Patah hati di awal, lebih milih kalo jatuh cinta ya berdoa aja (emang wanita bisa apa selain berdoa dan berbenah diri hahahha).

Well, sebut aku pecundang, tapi ketahuilah aku selalu bahagia ketika sahabatku atau temanku dipercaya menikah, aku selalu berdoa akan kebahagiaanya, namun adaaaa aja yang balik nanya dengan beruntun "Kamu kapan? Jangan lama-lama? inget kodrat! milih yang kayak apa? maunya yang kayak gimana sih" aku dibombardir kayak gini sama orang yang ga aku kenal bakal selow, tapi kalau sama orang yg deket aku baper juga, pernah aku jawab: "Doain aku bisa seberuntung kamu ya..bisa dipercaya Allah, ibadah setengah agama ini, untuk kodrat aku ingat kapan aku menstruasi kok, tenang, dan aku berdoa kelak semoga aku bisa punya anak di waktu dan mental yang tepat, aku ga lagi milih, hati aku ada di Allah, aku lagi mengenali diriku sendiri, dan membuat diriku peka, biar aku tau ketika aku uda deket sama jodoh maupun ajalku.." lalu aku berlalu setelah memeluknya.

Be Happy and Be Ready Gengs,

Semoga kita bisa mempersembahkan yang terbaik untuk Allah.
Jauhkan dari penciptaan berhala kecil atas nama "suami" ataupun "anak" karena sesungguhnya yang kita lakukan dan kita kerjakan semua karena dan untuk Allah, Do The Best All The Time.

Notes: Semoga nanti diwaktu yang tepat, aku bisa jadi istri yang bisa dituntun dan berjalan beriringan dengan suami, teman diskusi yang asik buat suami dan anak, sahabat untuk suami dan anak dan semoga keluarga kecil ku kelak adalah keluarga pekerja keras pencari Ridho Allah. AAMIIN
🙌😘🙆

-sekian-

antara Sabtu atau Minggu !

"iya, kalau gak Sabtu, Minggu yaaa~"

itu jawaban yang selalu aku lontarkan ketika ada yang menanyakan kapan aku Nikah.
jawabn itu serius, tapi selalu dianggap bercanda. Jelas aku ingin menikah di weekend biar kalian bisa dateng guys!


akhirnya aku menulis ini bukan karena aku galau aku gabisa mastiin tanggal Nikahan aku, tapi aku pengen jawab lebih detail apa konsep Nikah menurt aku.
Ditengah paradigma pertanyaan "kapan Nikah?" sudah menjadi basa basi asu dan receh di hidupku akhir-akhir ini. mungkin karena umurku yang mengijak perawan tua dimata mereka (padahal ibuku menikah umur 28 jaman dulu) wkwkwk

Menikah bukan sekedar tentang bersenggama atau reproduksi belaka, namun tentang tanggung jawab kita terhadap Tuhan.
Dalam Islam, menikah itu Ibadah yang nilainya setengah Agama. karena setiap yang aku kerjakan buahnya pahala, seru abis kaaaaan?

Menikah bukan tujuan utamku dalam hidup, Tujuan ku dalam hidup adalah menjadi Hamba yang berhasil memberikan yg terbaik untuk Tuhan, salah satunya mungkin dengan menikah mengharap ridho-Nya.

Jadi, menurt aku, menikah itu tentang dipercaya sama Allah, bukan seperti UN, SNMPTN yang sudah ada jadwal pastinya -siap atau ga siap-

kesiapanku yang tau cuma Allah, namun demikian aku ini sedang berjuang.
banyak orang yang tidak mengenalku menggap aku tidak berjuang dan tidak kepikiran untuk menikah, salah.

Aku sedang berjuang agar diepercaya Allah.
setiap wanita selalu mendambakan pasangan yang membimbing bukan menggiring, atau menuntun bukan menuntut, untuk itu aku butuh menyipakan ilmu dan mentalku agar aku pantas dituntun dan dibimbing. bisa bayangkan jka kualitasku belom siap, maka malapetka untuk laki-laki yang mendampingiku kerepotan harus mengurusku berlebihan hahahhaha.
Pengalaman masa kecil ketika aku selalu bisa berdiskusi dengan Ibunda yang begitu sabar tanpa mengomel dan amarah, bayangkan ketika mentalku yang masih suka mengomel dan marah-marah ini tiba-tiba harus mengurus bayi yang tidak dapat diajak berdiskusi.
Selanjutnya aku berpikir bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia, mungkin karena ilmuku masih terlau dangkal, aku masih disuruh menuntut ilmu sebelum dipercaya menikah, karena menikah adalah kepercayaan Spesial dari Allah.

Menikah itu Hanya Allah yang tau kapan dan dengan siapa.

O yaa! satu lagi, saya dulu sangat memimpikan menikah dengan orang yang saya cintai hahah
namun lambat laun saya takut salah mencintai, jadi saya akan lebih menyederhanakannya, saya ingin mencintai orang Pilihan Allah karena Allah. suatu hari ketika saya setuju untuk menikah, berarti saya setuju mencintai dirinya karena Allah. lebih simple dan sederhana.
karena saya kebetulan belum berhasil Jatuh CInta lagi atau Jarang berbalas juga ketika saya jatuh cinta HAHHAHA.

Sebaik-baiknya pelindung bukanlah lengan suami namun pelukan hangat Allah yang selalu terasa sampai ke Hati dan urat Nadi.

Ya, aku terlalu gengsi menggantungkan kebahagiaanku ke manusia, kalau aku sampai bahagia dibuatnya, pasti itu karena Allah.

-bersambung-